Journalism for the Intellectuals



Journalism for the Intellectuals

oleh:
Andi Misbahul Pratiwi


Pendidikan Jurnalisme untuk insan akademisi. Pelatihan jurnalistik yang bertemakan Quantum jurnalisme diselenggarakan oleh Lingkar Studi Mahasiswa (LISUMA) Indonesia di Graha wisata TMII, Jakarta Timur. Acara tersebut berlangsung selama lima hari, dimulai dari tanggal 20-24 Februari 2013 yang dihadiri oleh 24 mahasiswa dari berbagai kampus serta menghadirkan beberapa wartawan senior sebagai pemateri.
            Jurnalistik, dalam bahasa latin disebut journal yang berarti catatan harian. Kegiatan-kegiatan jurnalistik terdapat di semua aspek kehidupan berbangsa dan bernegara, hal itu disebabkan karena setiap manusia membutuhkan informasi dan kegiaatan jurnalistik adalah salah satu kebutuhan sekunder setiap manusia. Salah satu dari kegiatan jurnalistik adalah menulis berita, berita sendiri di definisikan sebagai sebuah tulisan faktual yang bersifat informatif untuk khayalak ramai. Beberapa definisi lain mengenai berita adalah bahwa berita adalah tulisan yang dikumpulkan dari 7 penjuru angin. Berita sebagai media massa memiliki fungsi untuk memberikan informasi, pendidikan, koreksi, menghibur, mediasi (to inform, to educate, to influence, to entertain, to mediate), selain mejalankan fungsi sosial nya diatas ternyata kini media massa mempunyai kekuatan dalam hal pembentukan opini publik, pengalihan isu, pengangkatan kepentingan suatu orang maupun golongan tertentu.
            Rabu, 20 Februari 2013. Direktur utama PT. Antara, Bpk. Saiful menjelaskan bahwa kini media berperan aktif dalam kemajuan suatu bangsa, karna media hari ini sudah melebih batas-batas fungsinya. Media hari ini dijadikan alat politik bagi elit politik, karena media adalah pembentuk opini publik khusunya di di negara kita ini Indonesia. Oleh karena itu kita sebagai mahasiswa kaum intelektual harus cerdas menanggapi soal media hari ini, kita harus pandai memilah suatu berita, dan kita juga harus tanggap mengenai apa yang terjadi di dunia jurnalistik indonesia hari ini. Berbagai media massa cetak maupun elektronik seperti koran, majalah dan televisi hari ini cenderung menginformasikan hal-hal yang bersifat subjektif serta memihak kepada suatu golongan tertentu. Tidak bisa dipungkiri media hari ini mejadi simbol-simbol politik, sehingga masyarakat terdoktrinasi oleh berita-berita yang disuguhkan di massa setiap harinya. Berita-berita yang dipanggungkan di televisi maupun media cetak ini akan mempengaruhi pola pemikiran masyarakat yang nantinya akan mempengaruhi pula intelektulitas suatu bangsa tsb.
            Fungsi media massa hari ini telah bergeser kepada hakikatnya, kini media lebih mementingkan menyuguhkan berita-berita yang berlebihan dan menarik tanpa mempertimbangkan unsur-unsur dalam suatu berita, dengan asumsi rating media mereka akan tinggi, dan akhirnya komersialisasi informasi pun tidak bisa dibendung. Kita sebagai mahasiswa tidak boleh berdiam diri melihat kondisi tersebut, kaum intelektual seharusnya lebih cerdas dan cerdik memilih sebuah berita sehingga nantinya mahasiswa tidak terbawa arus kekacauan masyarakat, kita mahasiswa harus bisa menjadi insan penerus serta pelurus, dan cerdas menanggapi soal keterlibatan media dikalangan elit politik hari ini. Mahasiswa yang cerdas dalam kondisi seperti ini akan menjadi pilar-pilar penyampaian informasi kepada masyarakan sehingga masyarakat tidak terus menerus dibodohi oleh ketidaktahuan mereka mengenai dunia jurnalistik itu sendiri. Berdasarkan pemaparan pak saiful pada acara Quantum Jurnalisme ini, maka pada hakikatnya jurnalistik adalah salah satu ilmu sosial yang sangat berperan aktif dalam kemajuan suatu bangsa.
            Mahasiswa yang cerdas tidak dapat dibentuk secara instan, proses yang pembentukan karakter dan pendisiplinan ilmu perlu diterapakan dalam kehidupan sehari-hari seorang mahasiswa. Berbicara soal jurnalistik, berita, pers, dll. Pada dasarnya adalah kegiatan tulis-menulis. Untuk menjadi kontrol sosial yang baik, maka mahasiswa tentunya perlu pemahaman mengenai jurnalistik itu sendiri, karena idealnya apa yang mahasiswa suarakan, apa yang mahasiswa koreksi, dan informasikan harus memiliki landasan pengetahuan yang jelas.
            Kakanda Ulin Yusron yang telah berkecimpung didunia jurnaslitik dan salah satu anggota dari Aliansi Jurnalis Independent (AJI), ketika diberi kesempatan unttuk mengisi materi dalam acara ini, memaparkan bahwa “seorang jurnalis sebagai penulis berita, dan secara langsung sebagai pembentuk opini publik melalui beritanya haruslah independent, dia tidak terikat oleh kepentingan golongan maupun partai politik, tugas seorang jurnalis adalah menulis berita faktual yang nantinya akan menjadi informasi yang layak untuk konsumsi publik”. Namun pada kenyataan kondisi pilar keempat demokrasi di indonesia hari ini sudah mulai tidak berjalan dalam koridornya, banyak jurnalis dan media massa ditunggangi oleh kepentingan partai politik, membuat perjanjian-perjanjian, komersilisasi informasi, sehingga pada akhirnya informasi yang harusnya dibuat oleh jurnalis secara objektif dan faktual berubah mejadi berita yang subjektif dan manipulatif.
            Kebebasan pers memang tidak diatur secara diplomatif, namun para pekerja pers memiliki kode etik jurnalistik yang harus diikuti dengan sebaik-baiknya. Kode etik jurnalistik ini secara garis besar mengatur hak dan kewajiban seorang pekerja pers, apa yang seharusnya pekerja pers kerjakan dalam profesinya, serta menjelaskan bagaimana etika-etika seorang jurnalis dalam mengambil, mengolah, danmeng publish sebuah berita. Seorang jurnalis yang mengerti akan batasan-batasannya akan menghasilkan sebuah berita berdasarkan fungsi pers dan akan menjadi konsumsi publik yang layak untuk pembangunan bangsa yang lebih baik.
            Era teknologi yang terus berkembang, menggeser semua aspek kehidupan yang dahulunya primitif kini menjadi termodernisasi secara otomatis. Tak ketinggalan pula kemajuan teknologi dibidang media massa. Media massa yang dahulu di dominasi oleh media massa konvensional seperti koran, majalah,  televisi dll. Kini telah mengalami kemajuan sehingga munculah sebuah media massa digital yang menjanjikan kecepatan akses berita, realtime, dan fleksibilitas pengaksesan data.
            Menurut, kakanda Domu seorang wartawan senior yang menjadi salah satu pemateri dalam Quantum Jurnalisme Lisuma Indonesia, menuturkan bahwa Media degital vis a vis Media konvensional akan terjadi, seiring kebutuhan masyarakat terhadap informasi yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Media konvensional menjanjikan kredibilitas subuah berita, dan Media digital menjanjikan sebuah kecepatan akses berita dimanapun dan kapanpun. Setiap teknologi pasti memiliki suatu kelebihan namun tentu juga memiliki keterbatasan.  Media konvensional dan Media digital memeliki kelebihannya masing-masing dalam memuat sebuat berita, dan masyrakatlah yang nantinya akan menjadi pembaca dan penilai berita dari teknologi masing-masing diatas.
            Berita dikatakan bernilai dan memiliki mutu yang tinggi ketika sang penggerak pena menyajikan sebuah informasi yang aktual, unik, penting, maagnitude (berpengaruh besar), mendidik, mmenghibur, informatif, dan memiliki kontrol sosial positif untuk kemajuan bangsa. Berita yang bermutu dihasilkan dari proses yang panjang, dari proses wawancara yang baik, dan meramu berita secara cerdas. Berita yang baik adalah berita yang eksklusif, yang memberikan informasi sejelas-jelasnya kepada publik.
            Dalam menulis berita kita dapat memilih teknik menulis berita apa yang akan kita tulis.  Straight News adalah teknik menulis berita yang memiliki kriteria kalimat lugas, pendek dan tepat. News Feature adalah teknik menulis berita dengan sebuah gambaran peristiwa yang lugas, dan mengunggulkan diksi. Feature merupakan teknik penulisan berita secara dekriptif, penulis mendeskripsikan keadaan disuatu tempat dengan cerdas dan lugas. Lead aadalah bagian terpenting dalam suatu berita, lead berisi informasi-informasi yang oenting dalam ebuah berita dan biasanya diletakan diparagraf pertama sebuah untaian berita yang akan disajikan, sehingga Lead menjadi cerminan dasar yang nantinya menjadi indikator mutu sebuah berita.
            Mahasiswa tidak boleh tertinggal pengetahun ketika semua orang berbondong-bondong mengkonversikan media konvensional mereka ke media digital. Tidak dapat dipungkiri bahwa kemajuan ICT kini telah menjalar dalam kebutuhan pokok manusia, oleh karena itu kita sebagai mahasiswa pun perlu melakukan usaha-usaha atau upgrading Teknologi dalam hal ini media digital atau biasa diisebut media online. Setiap media online punya cirikhasnya masing-masing biasanya cirikhas penulisan berita bisa terdapat pada Leadnya yang berbobot serta topik yang diangkat dalam sebuah berita tersebut. Media online membeerikan kecepatan akses berita, fleksibelitas, interaktif, lengkap serta sifat realtime yang kini menjadi sesuatu yang diminati oleh masyarakat sipil pada khusunya. Namun disamping memiliki beberapa keunggulan setiap teknologi pun memiliki problemanya masing-masing, untuk media online ini problem umum yang perlu diperhatikan adalah sedikitnya pengakses melalui internet, desain tulisan yang semakin banyak pesaing, kurang update, sedikitnya akses ke social media. Sehingga para jurnalitik media digital harus terus mengkomparasi tampilan media mereka sessuai psikologis pembaca onlina dan haru memaksimalkan layanan pada media online tersebut, hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi kemajuan media online kedepannya.
            Media online memiliki beberapa karakter yang saya kira perlu kita pahami bersama-sama. Karakter yang pertama iyalah  Content is the king yang berarti bahwa setiap konten yang disajikan adalah raja, sesuatu yang penting dan yang akan mendapakan perhatian lebih para developer media online. Kedua, User behavior yang berarti bahwa media online sangat mengerti keperluan user atau pembaca, sehingga timbulan rasa kenyamanan saat membaca berita di media online. Ketiga, Statistik menandakan bahwa dalam penyajian berita di media online perlu adanya evaluasi berupa statistik, yang nantinya developer media akan mengetahui sejauh mana media online mereka berkembang. Keempat, Marketing diartikan sebagai pasar, media online tentunya mengharapkan provit untuk perkembangan media itu sendiri di masa depan, sehingga media online pun turut serta menguasai pasar khusunya pasar periklannan. Kelima, Technology, ini adalah hal mutlak untuk keberlangsungan sebuah media online, media online tentunya terus berlomba-lomba memberikan teknologi yang terbaik untuk pembaca media tsb. Kaarakter-karakter media online diatas saling berkesinambungan satu sama lain, sehingga perlu diketahui bahwa kegiatan jurnalistik di media konvensional maupun media digital, memiliki karakter yang berbeda-beda dan hasil jadi yang berbeda-beda pula untuk disajikan.

            

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

0 Response to "Journalism for the Intellectuals"