Manusia dan Kegelisahan
Posted in
Label:
TUGAS
|
di
6/21/2012 10:20:00 AM
Kehidupan manusia sekarang ini
semakin maju, didukung dengan teknologi yang semakin memudahkan manusia dalam
menjalankan aktivitas dan kehidupannya sehari-hari. Gerak manusia semakin
cepat, setiap aktivitas yang dikerjakan dikontrol oleh agenda yang senantiasa
dibawa serta, mereka merasa selalu diburu waktu seakan waktu 24 jam sehari
tidaklah cukup. Kehidupan seakan berjalan seperti rutinitas yang senantiasa
harus dilakukan untuk mencapai ‘tujuan hidup’, tanpa menyampingkan hal lain,
seperti kesehatan dan kebutuhan spiritual, hanya terfokus pada pekerjaan dengan
dipenuhi oleh pikiran kesenangan yang akan didapat di masa yang akan datang.
Di balik itu
semua, secara jujur, maukah Anda mengakui bahwa Anda merasa gelisah? Apakah
kadang Anda merasa takut dan susah hati menjalani hidup yang itu-itu saja?
Kalau jawabannya ‘ya’, jangan khawatir, karena itu adalah hal yang wajar
dialami oleh manusia bahkan mungkin sampai saat kematian menghampirinya.
Kegelisahan
dan kesedihan merupakan suatu kejahatan kembar yang datang beriringan dan
bergandengan. Mereka hidup bersama-sama di dunia ini. Jika Anda gelisah, maka
Anda akan merasa susah dan sedih, begitu pun sebaliknya. Kadangkala kita
berupaya untuk menghindari mereka, lari dari kenyataan, tetapi tetap saja
mereka akan senantiasa hadir dalam diri kita. Kejahatan kembar ini bukan untuk
dihindari, tetapi bukan berarti kita membiarkan mereka untuk mengalahkan kita.
Kita harus mengatasi mereka dengan usaha kita sendiri, dengan kemantapan hati
dan kesabaran, dengan pengertian benar dan kebijaksanaan.
Kegelisahan
yang timbul dalam diri kita sebenarnya dibuat oleh kita sendiri, kita ciptakan
mereka di dalam pikiran kita melalui ketidakmampuan ataupun kegagalan untuk
mengerti bahaya perasaan keakuan dan melalui khayalan yang melambung serta
kesalahan dalam menilai setiap kejadian atau benda. Hanya jika kita dapat
melihat suatu kejadian atau benda dengan apa adanya, bahwa tidak ada sesuatu
apa pun yang kekal di dunia ini dan bahwa keakuan kita sendiri merupakan
khayalan liar yang membawa kekacauan dalam pikiran yang tidak terlatih.
Sang Buddha
bersabda, “Di mana pun rasa ketakutan muncul, ia hanya akan muncul pada orang
yang bodoh, tidak pada orang yang bijaksana.” Ketakutan tidaklah lebih dari
keadaan pikiran yang dapat menjadi subyek untuk mengendalikan dan memimpin,
penyalahgunaan pikiranlah yang menghasilkan ketakutan, penggunaan yang benar
akan mewujudkan harapan dan cita-cita dan dalam hal ini pikiran sepenuhnya
tergantung pada diri kira sendiri.
Ada pepatah
yang berbunyi, “Alam telah menganugerahi manusia untuk dapat mengendalikan
seluruh isinya, kecuali satu hal, yaitu pikiran.” Kenyataan ini diperkuat
dengan kenyataan tambahan bahwa segala sesuatu yang diciptakan manusia dimulai
dalam bentuk pikiran, hal ini menuntun kita untuk menyadari bahwa ketakutan
dapat diatasi. Rasa ketakutan, kegelisahan, dan kecemasan yang tidak berlebihan
merupakan naluri alamiah untuk menjaga diri, tetapi jika berlebihan akan
menjadi musuh bagi manusia itu sendiri.
Seorang ahli
anatomi terkemuka dari Inggris suatu ketika ditanya oleh muridnya tentang obat
terbaik untuk mengatasi ketakutan, dan jawabnya adalah, “Cobalah untuk
mengerjakan sesuatu untuk orang lain.” Murid tersebut merasa heran atas jawaban
yang diberikan, kemudian sang guru meneruskan, “Anda tidak dapat memiliki dua
pikiran yang berlawanan pada waktu yang sama, salah satu pikiran akan mengusir
pikiran yang lain. Jika suatu saat pikiran sedang terpusat untuk menolong orang
lain tanpa mengharapkan apa pun, maka rasa ketakutan tidak akan muncul di dalam
pikiran pada waktu yang sama.”
Hal-hal
berikut bisa kita sadari dan mungkin dilakukan untuk melatih pikiran kita agar
kita tidak memberikan kesempatan kepada kejahatan kembar untuk menumpangi
pikiran kita:
a. Jangan bertentangan dengan hukum alam.
Hiduplah sesuai
dengan hukum alam, mengikuti jalan kehidupan yang benar dan melakukan jasa-jasa
dan kebaikan. Mungkin Anda adalah manusia modern yang sangat sibuk, tetapi
sisihkanlah waktu Anda walaupun sedikit untuk membaca buku-buku yang bernilai.
Kebiasaan ini akan memungkinkan Anda untuk melupakan kecemasan dan
mengembangkan batin. Jangan lupa bahwa Anda juga merupakan makhluk beragama,
sisihkan waktu untuk menunaikan kewajiban agama, seperti membaca parita suci.
b. Kenalilah lingkunganmu.
c. Kita tidak dapat menyelami kehidupan orang lain yang
sesungguhnya, seperti mengerti kehidupan orang lain yang tingkat sosial
ekonominya berbeda dengan kita. Jika kita sehat, kita tidak dapat mengetahui
bagaimana rasanya sakit atau cacat. Kurangnya pengalaman seperti itu membuat
rasa toleransi kita kurang karena toleransi lahir hanya dari pengertian,
sedangkan pengertian tidak dapat timbul tanpa adanya pengalaman. Karena itu,
mendapatkan pengalaman sebanyak mungkin dari semua segi kehidupan merupakan hal
yang baik dan menyadari bahwa kita tidak selalu hidup dalam keadaan mewah.
d. Ketidakbahagiaan manusia.
Sang Buddha
mengajarkan bahwa ketidakbahgiaan datang dari keinginan yang rendah, egois,
hanya mempedulikan diri sendiri, dan jika tidak terpenuhi, maka akan
menyebabkan kesusahan dan kegelisahan. Cara untuk menghindari kegelisahan itu
adalah dengan menyingkirkan semua keinginan rendah yang menyebabkannya.
Sesungguhnya kita bukan menikmati kesenangan tetapi dikuasai oleh kesenangan
itu.
e. Waktu akan menyelesaikan masalah.
Apa pun
kesulitan kita, bagaimanapun beratnya, semuanya dapat diselesaikan oleh
berlangsungnya waktu. Sadarilah bahwa kesulitan itu ada akhirnya, jangan
menyita waktu kita hanya untuk memikirkan masalah yang berlarut-larut, lebih
baik memikirkan hal lain yang lebih bermanfaat.
f.
Kebahagiaan dan
materialisme.
Kebahagiaan
tidak dapat dipenuhi hanya dengan materi, kekayaan tidak dapat dibawa serta
ketika kita mati. Hal ini bukan berarti seseorang tidak boleh mencari kekayaan,
tetapi jangan melekat padanya dan carilah dengan cara yang benar, jangan dengan
berjudi atau menindas orang lain. Sang Buddha bersabda, “Diberkatilah mereka
yang mencari nafkah tanpa merugikan orang lain.”
g. Kendalikan pikiran.
Pikiran manusia
sangat mempengaruhi badan jasmaninya. Jika pikiran dibiarkan berfungsi tidak
benar, maka pikiran tersebut dapat menyebabkan sakit pada tubuhnya, dan besar
kegunaan yang dihasilkannya bila pikiran dipusatkan pada hal-hal yang benar
yang berujung pada keseimbangan dan ketenangan. Sang Buddha bersabda, “Tidak
ada musuh dapat mencelakakan seseorang sampai separah yang disebabkan oleh
pikiran yang jahat, kejam, membenci, dan iri hati.”
h. Bertindaklah bijaksana.
Manusia
seharusnya menyadari bilamana ia sedang lemah, atau bila ia cukup berani untuk
menghadapi ketakutan, besar hati dan keras hati di dalam mempertahankan
kejujuran, tetapi bersikap rendah hati dan lemah lembut di dalam kemenangan.
i.
Kerendahan hati.
Kerendahan hati
merupakan ciri dari orang yang berbudi dan patokan untuk mempelajari perbedaan
antara yang ada dan yang belum terjadi. Sang Buddha sendiri memulai
kepemimpinannya dengan membuang atribut kebangsawanannya dan dalam pengungkapan
atau perumpamaan yang seringkali beliau katakan tidak pernah bernada sombong.
j.
Jangan menyia-nyiakan
waktu.
Dengan
menyia-nyiakan waktu, Anda akan merugikan bukan hanya diri sendiri tetapi juga
orang lain, karena waktu yang Anda miliki sama banyaknya dengan waktu yang dimiliki
oleh orang lain.
k. Kesabaran dan toleransi.
Bersabarlah
terhadap segala sesuatunya. Kemarahan akan menuntun seseorang menuju rimba yang
tidak memiliki jalan setapak untuk dilalui. Kata-kata kasar bagaikan anak panah
yang ditarik dari busurnya, tidak akan dapat ditarik kembali. Tanamkan sikap
toleransi karena toleransi membantu menghindari keputusan yang dibuat dengan
terburu-buru.
l.
Balaslah kejahatan dengan
kebaikan.
Jangan
berpandangan sempit bahwa Anda hanya dapat belajar sesuatu dari orang yang baik
pada Anda, tetapi ada banyak hal yang dapat dipelajari juga dari musuh-musuh
Anda. Musuh tidak akan dapat dihindari apabila kejahatan yang mereka perbuat
kita balas dengan kejahatan lagi, karena jika berbuat demikian, maka makin
banyak musuh yang datang. Cara yang paling baik adalah dengan memancarkan cinta
kasih dan kemurahan hati kepada mereka, jika Anda merasa bahwa Anda-lah yang
bersalah jangan ragu untuk meminta maaf kepadanya, niscaya pertentangan tidak
akan berlanjut.
m. Memiliki cinta kasih.
Jagalah diri agar
senantiasa penuh dengan simpatik, ramah, dan cinta kasih yang tulus tanpa
mengharapkan balasan apapun walaupun ketika teman atau orang yang Anda cintai
tidak mengacuhkan kebaikan Anda. Seseorang seharusnya tidak boleh bergantung
pada orang lain untuk kebahagiaannya. “Ia yang mengharapkan kepuasan dari orang
lain adalah lebih hina daripada seorang pengemis yang berlutut dan menangis
untuk memohon sepotong roti demi kelangsungan hidupnya.”
sumber : http://bobungga.blogspot.com/2012/04/manusia-dan-kegelisahan.html
0 Response to "Manusia dan Kegelisahan"